Studi Antropologi tentang Etnografi Indonesia
Karya-karya antropologi dalam bentuk etnografi mempunyai sejarah yang panjang. Hal ini terutama berkaitan dengan sejarah perkembanagan antropologi, mulai dari kisah-kisah perjalanan para musafir hingga terbentuknya antropologi sebagai suatu ilmu. Berikut ini dikemukakan tulisan Melalatoa (1997:93-104) mengenai karya-karya Etnografi Indonesia.
“Karya-karya etnografi tentang Indonesia dalam periode sebelum Perang Dunia II telah dibahas secara luas dan mendalam oleh Koentjaraningrat (1961) dalam bagian disertasinya tahun 1958. Karya-karya etnografi lama itu dinyatakan mengandung banyak kelemahan, karena sebagian Koentjaraningratnya adalah orang-orang yang tidak berkeahlian. Namun, diantara peneliti dan Koentjaraningratnya ada yang menghasilkan karya yang sangat penting pada zamannya, misalnya karya C. Snouck Hurgronje, A.W. Nieuwenhuis, A.C. Kruyt, dan lain-lain. C. Snouck Hurgronje menghasilkan karya etnografi tentang suku bangsa Aceh dan suku bangsa Gayo., A.W. Nieuwenhuis menulis tentang Dayak, dan A.C. Kruyt menulis tentang suku bangsa Toraja. Ketiga tokoh ini menghasilkan karya-karya yang mendalam berdasarkan penelitian lapangan dalam jangka waktu yang lama dengan menggunakan metode yang dianggap khusus pada masa itu.
Penelitian dan karya dari para pakar ini membuktikan pula bahwa penelitian etnografi yang menghasilkan karya etnografi tidak lebih rendah dibandingkan dengan etnolog yang bekerja di belakang meja. Suatu karya etnografi yang baik tidak bisa dilakukan secara sambil lalu. Metode penelitian etnografi pun semakin berkembang, yang disertai pengetahuan tentang konsep-konsep dan teori-teori ilmiah. Sebaliknya dari hasil karya etnografi yang baik akan lahir teori-teori tertentu dalam ilmu Antropologi (Koentjaraningrat 1961; Glaser & Strauss 1967). Konsep-konsep yang dimaksud adalah konsep dalam ilmu Antropologi serta konsep-konsep terkait dari ilmu sosial lainnya, misalnya sosiologi, linguistik, psikologi, sejarah, ekonomi, politik, kesehatan, dan lain-lain. Konsep dari ilmu-ilmu tersebut akan menjadi acuan untuk memahami konsep-konsep yang ada dalam kebudayaan masyarakat yang dikaji. Sebuah buku etnografi berisi bunga rampai etnografi singkat tentang sejumlah suku bangsa di Irian Jaya disunting oleh Koentjaraningrat dan Harsja W.Bachtiar (1963); sebuah buku bunga rampai etnografi lainnya tentang suku bangsa lain di Indonesia disunting oleh Koentjaraningrat (1971). Koentjaraningratan kedua buku ini menggunakan satu kerangka yang seragam untuk setiap suku bangsa. Deskripsi dalam etnografi singkat ini berdasarkan studi kepustakaan dari sumber-sumber lama, yang tentunya tidak memadai karena kebudayaan itu sendiri selalu mengalami perubahan. Belakangan ini, Koentjaraningrat (1993) menulis dan menyunting sebuah buku bunga rampai etnografi khusus mengenai apa yang disebut “masyarakat terasing”. Sejak bagian akhir 1970-an, proyek IDKD (Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mulai meneliti dan menghasilkan karya-karya etnografi suku-suku bangsa di Indonesia. Proyek ini memilih dan meneliti paling tidak satu suku bangsa pada setiap propinsi. Penelitian itu dilakukan oleh tenaga-tenaga peneliti yang ada di masing-masing propinsi. Laporan penelitian dari setiap propinsi itu memang menunjukkan kualitas yang berbeda-beda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar